Tawazzun (Kultum Mentoring)

Tawazzun artinya keseimbangan. Menurut istilah , Tawazun adalah suatu sikap seseorang untuk memilih titik yang seimbang atau adil dalam menghadapi suatu persoalan.

الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا ۖ مَا تَرَىٰ فِي خَلْقِ الرَّحْمَٰنِ مِنْ تَفَاوُتٍ ۖ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ مِنْ فُطُورٍ

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (Alm-Mulk:3)

Manusia dan Agama Islam kedua-duanya merupakan ciptaan Allah yang sesuai dengan fitrah Allah. Manusia diciptakan sesuai dengan fitrah Allah yaitu memiliki naluri beragama (agama tahid: Al-Islam) dam Allah menghendaki manusia untuk tetap dalam fitrah itu. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid, itu hanyalah karena pengaruh lingkungan.

Sesuai dengan fitrah Allah, manusia memiliki 3 potensi, yaitu Al-Jasad (Jasmani), Al—Aql (Akal), dan Ar-Ruh (Rohani), Islam menghendaki ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazzun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat QS. Ar-Rahman:7-9.

وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ
Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).

أَلَّا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ
Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.

وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ
Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.

  1. Jasmani

Mu’min yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah. Kebutuhan manusia sebagai makhluk Allah adalah makanan, (yaitu makanan yang halaaln thayyiban (halal dan baik)), beristirahat, kebutuhan biologis, dan hal-hal lain yang menjadikan jasmani kuat.

  1. Akal

Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akalnya. Akal pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal manusia mampu mengenal hakikat sesuatu, mencegah dari kejahatan dan perbuatan jelek. Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang oleh Allah diperuntukkan baginya supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardh (khalifah di muka bumi). Kebutuhan akal adalah ilmu untuk pemenuhan sarana kehidupannya.

  1. Ruh (hati)

Kebutuhannya adalah dzikrullah. Pemenuhan kebutuhan rohani sangat penting, agar roh/jiwa tetap memiliki semangat hidup, tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak sanggup mengemban amanah besar yang dilimpahkan kepadanya.

 

Dengan keseimbangan manusia dapat meraih kebahagiaan hakiki yang merupakan nikmat Allah. Karena pelaksanaan syariah sesuai dengan fitrahnya.

 

Kebahagiaan itu dapat berupa:

-Kebahagiaan bathin atau jiwa, dalam bentuk ketenangan jiwa

-Kebahagiaan zhahir atau gerak, dalam bentuk kestabilan, ketenangan beribadah, bekerja dan aktivitas lainnya.

 

Dengan menyeimbangkan dirinya maka manusia tersebut tergolong sebagai hamba yang pandai mensyukuri nikmat Allah. Dialah yang disebut manusia seutuhnya.

 

Contoh-contoh manusia yang tidak tawazzun

-Manusia Atheis: tidak mengakui Allah, hanya bersandar pada akal (rasio sebagai dasar).

-Manusia Materialis: mementingkan masalah jasmani atau materi saja.

-Manusia Pantheis (Kebatinan): bersandar pada hati atau bathin saja.